Teladan Paulus dalam Melayani

 

Teladan Paulus dalam Melayani

Tentunya pelayanan bukanlah suatu kata yang asing bagi umat Kristen. Gereja seringkali mengajak para jemaatnya untuk terlibat secara langsung dalam pelayanan. Gereja ingin agar para jemaatnya menjadi jemaat yang aktif, bukan hanya sekedar datang ke gereja untuk mendengarkan khotbah lalu pulang. Para pendeta juga sudah sering memberikan khotbah-khotbah yang bertema tentang pelayanan, dengan harapan agar jemaat tergerak untuk melayani menurut talenta yang mereka miliki.

Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak bagian, di mana tiap-tiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, seperti yang tertulis dalam Efesus 4:16 "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota—…." Oleh karena itu, maka kita diberikan karunia yang berbeda-beda agar kita dapat menyelesaikan tugas pelayanan kita dengan baik (Rm. 12:6-8).

Sekecil apapun karunia yang kita miliki, kita harus menggunakan dengan semaksimal mungkin, karena Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban kita atas hal tersebut. Jangan pernah berpikir bahwa jika karunia yang kita miliki sedikit, maka kita tidak perlu melayani atau menganggap bahwa pelayanan kita tidak akan berdampak besar terhadap gereja. Jika kita berbuat demikian, maka itu berarti kita tidak menghargai kasih karunia Allah kepada kita, sama seperti hamba yang diberikan satu talenta oleh tuannya. Bukannya mengusahakan agar talentanya dapat bertambah, dia malah hanya menyimpannya. Mungkin dia terlalu meremehkan talentanya yang sedikit itu atau mungkin dia memang adalah orang yang malas, sehingga dia enggan untuk mengusahakannya. Karena perbuatannya itu, maka tuannya menjadi marah dan menghukumnya. Walaupun talenta yang telah diberikannya itu tidak berkurang, tetapi tuannya merasa tidak puas, karena tujuan dia memberikan talenta kepada hamba-hambanya adalah agar mereka mengusahakannya sehingga menjadi bertambah banyak, seperti yang telah dilakukan dua hamba lain yang memiliki dua dan lima talenta.

Hal inipun berlaku bagi kita. Tuhan telah memberikan talenta kepada masing-masing dari kita dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan kehendakNya. Hendaknya talenta itu digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ketika Tuhan menuntut pertanggungjawaban kita kelak, kita dapat menunjukkan bagaimana kita telah berusaha keras untuk menggandakannya. Yang penting di sini bukanlah berapa banyak talenta yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menggunakannya.

Dalam hal pelayanan, kita dapat mencontoh Rasul Paulus. Pelayanannya sungguh luar biasa! Sejak pertobatannya, Rasul Paulus selalu giat dalam pekerjaan Tuhan. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk melayani pekerjaan Tuhan. Bayangkan, berapa jauh jarak yang harus ditempuhnya untuk melakukan perjalanan-perjalanan misinya! Padahal kita tahu bahwa pada waktu itu sarana transportasi yang ada sangat tidak memadai. Sebagian besar perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Sungguh perjalanan yang sangat berat dan melelahkan. Selain itu juga Paulus mengalami banyak perlawanan baik dari orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Mengenai hal itu, Paulus juga menuliskannya di dalam 2 Korintus 11:23-27 :

"...Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian"

Walaupun begitu banyak penderitaan dan kesusahan yang harus dialaminya, tetapi Rasul Paulus berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya. Melalui perjalanan-perjalanan misinya, injil tersebar ke seluruh dunia, juga membuka mata orang-orang Yahudi bahwa keselamatan itu juga berlaku bagi bangsa-bangsa lain.

Sekarang, marilah kita pelajari hal-hal apa saja yang membuat Paulus berhasil dalam menyelesaikan tugas pelayanannya.

Pertama, Paulus menyadari panggilan pelayanannya.

Hal ini tampak jelas dalam suratnya kepada jemaat di Galatia dan Efesus. Dalam Galatia 1:15-16 tertulis "Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi." Sedangkan dalam Efesus 3:7 dikatakan "Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu."

Paulus tahu bahwa Tuhan memanggilnya untuk memberitakan injil kepada orang-orang bukan Yahudi, sehingga dia melakukan perjalanan-perjalanan misi ke negara-negara lain. Karena telah mengetahui siapa sasarannya, maka Paulus dapat menyusun rencana untuk memulai pekerjaannya dengan baik.

Demikian juga dengan orang Kristen, sebelum mulai mengambil bagian dalam suatu pelayanan, kita harus tahu panggilan pelayanan kita. Berdoalah terlebih dulu agar kita tahu apa kehendak Tuhan bagi kita. Jangan berpikir bahwa jika kita telah mengambil bagian dalam suatu pelayanan tertentu, itu sudah cukup. Agar pelayanan kita lebih efektif dan kita dapat menggunakan talenta yang kita miliki semaksimal mungkin, kita harus tahu di mana dan kapan kita memulai pelayanan kita. Untuk itu, kita harus meminta petunjuk dari Tuhan.

Kedua, adanya komitmen dalam melayani. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah" (Flp. 1:21-22). Bagi Paulus, jika Tuhan memberinya kesempatan untuk hidup, maka waktu yang ada itu akan digunakannya untuk melakukan pekerjaan Tuhan, dalam hal ini adalah memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Dia bekerja dengan sepenuh hati dan dengan sekuat tenaga (Kol. 1:29). Seluruh pikirannya dicurahkan demi pemberitaan injil. Tidak ada yang dapat menghalanginya untuk menyelesaikan tugas itu, walaupun dia mengalami banyak kesusahan dan penganiayaan. Semua itu karena di dalam dirinya ada tekad untuk sungguh-sungguh melayani Tuhan. Dia tidak mau menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan kepadanya. Baginya setiap detik sungguh berharga, sehingga dia tidak ingin membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Oleh karena itulah, maka dia memberi nasehat kepada kita untuk selalu bergiat dalam pekerjaan Tuhan (1Kor. 15:58). Ketika berada di dunia, Yesus juga pernah berkata, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yoh. 9:4).

Dari sini kita dapat belajar bahwa komitmen itu sangat penting dalam pelayanan. Dengan adanya komitmen yang kuat, maka pelayanan dapat berlangsung untuk jangka waktu yang lama dan hasil yang dicapaipun akan lebih baik. Cara kerja orang yang memiliki komitmen sangat berbeda dengan orang yang tidak memiliki komitmen. Jika tidak ada komitmen, maka pelayanan kita dapat terhenti karena sebab-sebab tertentu, misalnya kemalasan, kejenuhan, kesulitan, dll. Oleh karena itu, biasanya orang yang tidak memiliki komitmen tidak akan dapat melayani untuk waktu yang lama. Mungkin mereka akan sangat bersemangat pada awalnya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pelayanan mereka menjadi kendur. Sebaliknya, orang yang memiliki komitmen dalam melayani, dia akan berusaha keras untuk bertahan terhadap setiap masalah yang timbul dari pelayanan tersebut, karena dia memiliki tekad dan sasaran yang pasti. Selain itu, orang yang memiliki komitmen juga akan lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaannya, karena hasrat untuk melayani itu timbul dari dasar hatinya sehingga dengan sendirinya dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepadanya itu dengan baik.

Maka, jika kita sekarang telah terlibat dalam suatu pelayanan, marilah kita periksa diri kita masing-masing, apakah kita telah memiliki komitmen dalam melayani? Jika belum, berdoalah agar setelah kita tahu panggilan pelayanan kita, kita juga dapat memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakannya. Jika sudah, berdoa juga agar komitmen itu semakin hari semakin kuat di dalam diri kita, sehingga apapun yang akan terjadi, itu tidak akan mengubah atau mengganggu pelayanan kita.

Ketiga, Paulus dapat melayani Tuhan sedemikian rupa karena dia sangat mengasihi Allah dan manusia.

Hal ini dapat terlihat dalam tulisannya di Filipi 3:7-8 yang bunyinya, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah supaya aku memperoleh Kristus" dan dalam 1 Korintus 9:19 : "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang."

Paulus begitu mengasihi Allah sehingga apapun rela dia lepaskan asalkan dia dapat bersama-sama dengan Kristus. Memang benar bahwa kasih itu mengalahkan segalanya. Kasih Paulus kepada Allah membuat dia mempersembahkan dirinya seutuhnya untuk Allah. Dia menganggap Allah adalah segalanya. Baginya tidak ada yang sebanding dengan Allah. Seseorang yang sungguh-sungguh mengasihi orang lain, pasti rela memberikan segala yang dimilikinya, rela berkorban dan bersedia untuk melakukan aappun untuk orang yang dikasihinya. Demikian juga dengan Paulus, karena kasihnya kepada Tuhan, dia mau berjerih lelah dan menanggung banyak penderitaan, asalkan dia dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Allah kepadanya.

Dia juga sangat mengasihi sesama. Dia ingin agar semua orang dapat mengenal Kristus. Oleh karena itu, dia rela menempuh perjalanan yang demikian jauh untuk memberitakan injil kepada orang-orang yang selama ini belum pernah mendengar tentang Kristus. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan mereka, sehingga dia menggunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk memberitakan injil kepada sebanyak mungkin orang.

Bahkan sampai menjelang akhir hidupnya pun Paulus terus memikirkan tentang pemberitaan injil. Sejak awal dia telah mempersiapkan penerusnya, yaitu Timotius, untuk meneruskan pekerjaannya yang belum selesai. Dengan sungguh-sungguh dia mendidik, menasehati dan memperingatkan Timotius tentang pekerjaan besar yang nanti akan diserahkan kepadanya. Itu membuktikan bahwa Paulus sungguh-sungguh memikirkan orang lain. Sama seperti Kristus, dia juga berharap agar injil dapat tersebar sampai ke seluruh dunia agar semua orang dapat mengenal Kristus dan menerimaNya. Itulah kasih Paulus terhadap sesamanya!

Lalu bagaimana dengan kita? Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan dan sesama? Kita harus belajar dari teladan Paulus dalam hal mengasihi Allah dan sesama. Hendaklah segala sesuatu yang kita lakukan dalam pelayanan, berasal dari kasih. Kita tahu bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sehingga Dia rela mengorbankan diriNya, mati ganti kita. Apa yang telah kita lakukan untuk membalas kasihNya? Walaupun kita tidak dapat sepenuhnya membalas kebaikanNya kepada kita, tetapi setidaknya kita dapat berbuat sesuatu untuk menyenangkan Dia. Kita dapat mentaati perintah-perintahNya. Dia ingin kita melayaniNya dan sesama kita. Maka, jika kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan, kita juga harus melakukan pekerjaanNya dengan giat dan sepenuh hati.

Keempat, kerendahanhati Paulus dalam melayani. Walaupun Paulus adalah orang yang berpendidikan tinggi dan pintar, tetapi dia tidak pernah menganggap bahwa semua yang telah dilakukannya itu adalah hasil usahanya sendiri. Baginya itu adalah karena kasih karunia Allah. Hal itu dengan jelas dikatakannya dalam Efesus 3:7-8 : "Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasaNya. Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus telah dianugerahkan kasih karunia ini..." Bahkan Paulus mengajarkan bahwa kita harus bermegah di dalam Tuhan (2Kor. 10:17).

Jadi, jika saat ini kita dipercayakan satu atau beberapa pekerjaan sekaligus, janganlah kita menjadi sombong atau menganggap diri kita penting. Bersyukurlah bahwa Tuhan memberikan kita kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan tersebut. Anggaplah itu sebagai kesempatan bagi kita untuk membalas kasihNya kepada kita selama ini. Tuhan dapat memakai siapa saja untuk melakukan pekerjaanNya. Tuhan memakai seseorang bukan karena orang tersebut memiliki kecakapan atau kemampuan yang lebih baik daripada orang lain, tetapi Dia memilih seseorang dengan cara melihat hati orang tersebut. Dia tahu apa motivasi yang ada di dalam hati kita. Oleh karena itu, jika Tuhan telah mempercayakan pekerjaanNya kepada kita, peganglah kesempatan itu, jangan menyia-nyiakannya. Karena jika kita tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik, mungkin saja itu akan diberikan kepada orang lain, yang dianggap lebih layak oleh Tuhan.

Satu hal yang juga penting dalam pelayanan, janganlah kita melayani untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Dalam melayani, hati kita harus tulus. Segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata adalah untuk kemuliaan Tuhan saja. Dia harus semakin besar dan kita harus semakin kecil. Karena sesungguhnya kita bukanlah apa-apa, tetapi oleh kasih karuniaNyalah kita mampu melakukan semuanya itu. Oleh karena itu, kita tidak layak untuk menerima pujian. Hanya Dia yang layak untuk dipuji!

Demikianlah beberapa kunci keberhasilan pelayanan Paulus. Semoga beberapa hal tersebut dapat bermanfaat bagi orang-orang yang ingin melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Memang benar, Paulus adalah tokoh yang luar biasa. Mungkin, seumur hidup kita, kita tidak akan dapat melayani seperti Paulus melayani. Hal itu mungkin terlalu besar bagi kebanyakan dari kita. Tetapi, jangan berkecil hati. Sekali lagi, Tuhan tidak menilai suatu pelayanan berdasarkan besar-kecilnya pelayanan tersebut, tetapi lebih pada bagaimana cara kita menyelesaikannya. Yesus pun berkata, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Luk. 16:10). Mungkin saat ini kita sedang melakukan pekerjaan kudus yang menurut kita kurang berarti dan kita bertanya-tanya mengapa kita hanya diberikan tanggungjawab yang kecil ini? Jangan kuatir, jika kita selalu setia melakukan pekerjaan yang dipercayakanNya kepada kita, maka kita dapat berharap bahwa suatu hari kelak, Dia akan mempercayakan pekerjaan yang lebih besar lagi kepada kita. Tetapi, jika tidak pun, jangan putus asa atau kecewa karena Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita. Jika kita hanya dipercayakan suatu pelayanan yang sederhana, lakukanlah itu dengan sukacita. Ingatlah selalu firman Tuhan ini: "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yes. 55:8-9).

Selain itu, kita juga harus memohon kepada Tuhan agar kita diberikan hati seorang hamba. Seorang hamba selalu siap untuk melayani tuannya, di mana dan kapan saja dia diperintahkan, baik untuk melakukan perkara besar maupun kecil. Seperti halnya Paulus yang menyebut dirinya sebagai pelayan Kristus, kiranya kita juga dapat menjadi hamba-hamba Kristus yang baik, yang melayani pekerjaanNya dengan

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dalam Kemurahan Tuhan

Hidup dalam kemurahan Tuhan

Markus 4:35-41